Minggu, 07 Oktober 2012

Mesir Kuno.

  
    Mesir merupakan salah satu pusat peradaban tertua di dunia yang terletak di ujung Benua Afrika bagian utara. Peradaban Mesir tumbuh dan berkembang di sekitar aliran Sungai Nil yang membentang sepanjang 6.671 km. Orang-orang Mesir diperkirakan telah menempati wilayah tersebut sejak 6.000 tahun sebelum Masehi. Di tempat yang subur inilah nenek moyang bangsa Mesir membangun daerah-daerah pemukiman dan memanfaatkan daerah yang subur tersebut sebagai lahan pertanian. Kesuburan tersebut telah menciptakan kemakmuran penduduk. Selain itu, Mesir secara geografis memiliki perlindungan alam berupa gurun. Gurun Nubia dan Gurun Sahara menjadikan Mesir terlindung dari ancaman serangan bangsa asing.

Sistem Pemerintahan.

   Mesir kuno terdiri atas desa-desa kecil yang sudah berdiri sendiri, mempunyai peraturan, memiliki sistem pemerintahan sendiri, yang kemudian berkembang menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan kecil tersebut saling berperang untuk memperebutkan kekuasaan tertinggi. Akhirnya, kurang lebih pada tahun 3.400 sebelum masehi berkembang dua kerajaan saja, yaitu Kerajaan Mesir Utara dan Kerajaan Mesir selatan. Pada tahun 3.100 sebelum masehi, Menes, seorang raja yang menguasai Kerajaan Mesir Utara berhasil mempersatukan dua kerajaan tersebut dan membentuk pemerintahan nasional pertama di Mesir.
   Menes mendirikan ibukota kerajaannya di Memphis. Raja Menes adalah raja pertama yang mengawali berdirinya dinasti yang disebut Firaun (Pharaoh). Firaun adalah orang yang sangat penting dalam Mesir kuno. Seorang Firaun memiliki kekuasaan yang tidak dapat diganggu gugat dan berlaku untuk seluruh rakyat. Rakyat menyembah Firaun bagaikan menyembah dewa, karena Firaun dianggap sebagai keturunan Dewa Ra (dewa matahari).
 
  
Sistem Kepercayaan.
 
   Kepercayaan terhadap kekuatan gaib dan adanya kehidupan setelah kematian dipegang secara turun temurun. Kuil-kuil diisi oleh dewa-dewa yang memiliki kekuatan supernatural dan menjadi tempat untuk meminta perlindungan, namun dewa-dewa tidak selalu dilihat sebagai sosok yang baik; orang mesir percaya dewa-dewa perlu diberi sesajen agar tidak mengeluarkan amarah. Struktur ini dapat berubah, tergantung siapa yang berkuasa ketika itu.
   Dewa-dewa disembah dalam sebuah kuil yang dikelola oleh seorang imam. Di bagian tengah kuil biasanya terdapat patung dewa. Kuil tidak dijadikan tempat beribadah untuk publik, dan hanya pada hari-hari tertentu saja patung di kuil itu dikeluarkan untuk disembah oleh masyarakat. Masyarakat umum beribadah memuja patung pribadi di rumah masing-masing.
 
Tulisan Hieroglyph.

   Tulisan ini mulai diterapkan oleh orang mesir kurang lebih 5000 tahun yang lalu. Orang Mesir tidak menulis huruf hidup (vocal) dan tidak menggunakan tanda baca apapun.
Tulisan hieroglif Mesir berupa gambar yang digunakan untuk mewakili objek yang berbeda, tindakan, suara atau ide. terdapat lebih dari 700 hieroglif. Beberapa gambar berdiri untuk semua kata.
    Hieroglif berasal dari Yunani, yaitu Hieros arti suci, glyphe berarti tulisan sehingga bermakna sebagai tulisan suci. Tulisan tersebut terkuak maknanya ketika ditemukan pahatan Hieroglif pada Batu Rosetta. Pada tahun 1799, seorang tentara menggali sebuah benteng di Rosetta Mesir, menemukan sebuah batu hitam besar dengan tiga jenis tulisan. Penulisan adalah pesan tentang Ptolemeus V, yang memerintah Mesir pada saat itu. Karena pesan itu ditulis pada waktu ketika orang-orang Yunani memerintah Mesir, salah satu dari tiga bahasa adalah Yunani. Dua lainnya adalah demotik dan hieroglif.
    Setelah itu orang menyadari bahwa terdapat tiga bahasa pada “Batu Rosetta” mengatakan hal yang sama. Dan meskipun orang bisa membaca Bahasa Yunani, mereka tidak bisa menemukan cara untuk menyesuaikan kata Yunani dengan kata-kata hieroglif. Selama bertahun-tahun tidak ada yang mampu memahami bagaimana pesan hieroglif berhubungan dengan yang Yunani. Akhirnya, tahun 1822, seorang Egyptologist Prancis bernama Jean François Champollion menemukan cara untuk menulis hieroglif menguraikan. Dia menyadari bahwa hieroglif yang dieja “Ptolemy” yang tertutup dalam cartouche, sehingga ia mampu menandinginya sampai dengan ejaan Yunani. Penemuan ini memungkinkan dia untuk menyamakan hieroglif terbiasa dengan kata Yunani sehingga bisa digunakan untuk menerjemahkan seluruh pesan.
    Bagaimana cara untuk membaca hieroglif? Kita perlu melihat secara lebih dekat hieroglif untuk mencari tahu. Sebagai contoh, jika sebuah tulisan rahasia binatang menghadapi kanan, baca dari kanan ke kiri. Jika menghadap ke kiri, baca dari kiri ke kanan (cara yang sama yang kita lakukan).  Hieroglif ditulis pada buluh daun papirus, yang merupakan tanaman rawa, dikeringkan dahulu lalu digunakan untuk menulis.
Tulisan Mesir dilakukan dengan pena dan tinta di atas kertas halus (papirus). Mesir “pena” yang tipis, buluh tajam, yang mereka akan mencelupkan dalam tinta untuk menulis. Tinta dan cat berasal dari tanaman yang mereka dihancurkan dan dicampur dengan air. Orang Mesir juga mengukir hieroglif ke batu dan dicat di dinding makam Piramids.Sehingga dalam hal ini selain menemukan sistem tulisan, orang Mesir kuno juga menemukan tinta. Yang selanjutnya dikembangkan hingga saat ini.